Selasa, 28 April 2015

Makalah Diagnosis Kesulitan Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus bersikap terbuka dan mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Karena kesulitan belajar dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.  

B.  Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian Diagnosis?
2.   Apa Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar?
3.   Bagaimana Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar?
4.   Bagaimana Prosedur dan Teknis Diagnosis Kesulitan Belajar?
5.   Bagaimana Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Kasus?

C.  Tujuan Penulisaan
1.   Menjelaskan Pengertian Diagnosis
2.   Menjelaskan Pengertian Diagnosis Kesuulitan Belajar
3.   Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar
4.   Menjelaskan Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar
5.   Menjelaskan Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Kasus


BAB II
PEMBAHASAN

     Pengertian Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis, menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :
1)   Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama menegenai gejala-gejalanya
2)   Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristikatau kesalahan-kesalahandan sebagainya yang esensial
3)   Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi secara seksama atau gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Melihat dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara pemecahannya.
2.   Pengertian Diagnosisi Kesulitan Belajar
Menurut Sunarta (1985:7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994:4-5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidakdisadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologi, sosiologis ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana terdapat suatu jarak antara prestasi akadeik yang diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis dalam proses belajar.
Kemudian dari pengertian mengenai diagnosis dan kesulitan belajar diatas, dapat penulis buat kesimpulan bahwa “Diagnosis Kesulitan Belajar” merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

   Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar
Langkah-langkah operasional dalam diagnosis kesulitan belajar :
1.   Dengan metode criterion referenced, maksudnya tes yang mengasumsikan bahwa instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.   Menetapkan angka nilai kualitatig minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0
b.   Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus tersebut, secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar
c.   Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala-gejala terparah (yang nilainnya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
d.   Membuat rangking/tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas pelayanan psikologis
2.   Dengan metode norm-references, maksudnya nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi individu masing-masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.   Mencari dan menghitung niali rata-rata kelas atau kelompok
b.   Menandai siswa-siswa yang nilainnya dibawah rata-rata
c.   Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metode pertama

    Prosedur dan Teknis Diagnosis Kesulitan Belajar
Menurut Burton (1952:640-652) penggolongan tahapan-tahapan diagnosis tidak didasarkan pada usaha penanganan, tetapi didasarkan pada teknik dan instrumen (sarana) yang digunakan dalam pelaksanaannya, seperti dibawah ini :
1.   General Diagnosis
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2.   Analistic Diagnosis
Pada tahap ini yang lazim digunakan ialah tes diagnostic. Sasarannya, untuk mengetahui dimana kelemahan tersebut. Tes yang biasa dilakukan ada dua:
1)   Tes Hasil Belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
2)   Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.
3.   Psychological Diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen (sarana) yang digunakan antara lain:
a.   Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b.   Analisis Proses dan Respon
Dalam hal ini bisa dilakukan dengan pemberian angket atau kuisener yaitu alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselediki atau disebut responden.
c.   Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
d.   Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalnya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik, Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.
e.   Studi kasus
Studi kasus disini berguna untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial seseorang dilingkungan. Hubungan sosial seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari berbagai segi. Bimo Walgito (1980:72) mengemukakan sebagai berikut:
1.   Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul
2.   Intensitas bergaul, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
3.   Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat digunakan sebagai kriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya.
Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang beranekaragam karakteristknya. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap, kemampuan, minat, bakat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang dicapainya. Langkah-langkah atau prosedur melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu:
1)   Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a.   Analisis perilaku peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui
1)   Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2)   Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3)   Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4)   Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b.   Analisis prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
2)   Melokasikan letak kesulitan belajar
Dapat dilakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagaiman kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik. Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dan masing-masing bidang studi.
Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagaimana kesulitan belajar itu dirasakna oleh peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
3)   Menentukan factor penyebab kesulitan belajar
Dapat dilakukan dengan cara meneliti factor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan factor-faktor yang berada diluar peserta didik (eksternal) yang memnghambat proses belajar atau pembelajaran.
4)   Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik. Seperti memberi konseling kepada siswa yang bersangkutan tentang hal-hal yang menghambat kemajuan belajarnya, melakukan bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh sikap sosialnya yang kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan dan lain-lain.
5)   Tindak lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.   Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya
b.   Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik
c.   Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
d.   Melakukan referral yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami peserta didik.

  Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Masalah
Setelah diidentifikasi factor penyebab letak kesulitan belajar siswa, maka dapat ditentukan rekomendasi pemecahan masalah yang akan diberikan kepada siswa, yaitu dengan melakukan pengajuran perbaikan satu kali atau dua kali dalam seminggu untuk materi pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa yaitu berupa :
1.   Mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau dikuasai oleh siswa
2.   Memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan
Selanjutnya memberikan informasi kepada:
1)   Siswa : tentang bagaimana cara belajar yang baik, tentang bagaimana pentingnya mengulang pelajaran dirumah, bagaimana pentingnya membaca buku karena semua jawaban atas tugas dan PR yang diberikan oleh guru ada didalam buku, tentang pentingnya keseriusan belajar didalam kelas, serta yang paling penting adalah rajin beribadah kepada Allah SWT, karena kunci keberhasilan itu adalah berusaha, berdoa, dan tawakal. Selain itu seorang guru harus memberikan motivasi /penguatan kepada siswa tentang kemampuan yang dimilikinya sudah bagus, hanya saja perlu latihan dan belajar dengan teratur, sehingga anak menjadi bersemangat dalam belajar.
2)   Orang Tua : Menginformasikan mengenai pentingnya meningkatkan perhatian terhadap belajar anak dan memberikan informasi bahwa orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan anak dalam belajar, karena pendidikan yang pertama dan yang paling utama bagi anak adalh lingkungan keluarga. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai cara menyikapi anak dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang dialami oleh siswa
3)   Guru : Memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang mengalami  kesulitan belajar  seperti tidak mampu menyerap bahan pembelajaran dengan baik, tidak dapat konsenterasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes dan sebaginnya. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran remedial. Sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement. Disini akan kami jelaskan mengenai Pengajaran Remidial dalam Pembelajaran dan program pengayaan dalam pembelajaran
1.   Pengajaran Remidial dalam Pembelajaran
Remidial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) atau korektif (perbaikan).  Menurut Warkitri dkk (1990) pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena :
a.   Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya
b.   Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahanan tingkah laku siswa secara buat sebagai hasil belajar.
c.   Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan belajar
Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial. Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus mampu mencipkatakn situasi yang memungkinkan peserta didik lebih mampu mengembangkan diri. Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswamencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh kurikulum.
2.   Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugasbelajarnya. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini disebut Program Pengayaan. Tujuan program pengayaan dalam proses pembelajaran yaitu:
1.   Peserta didik menjadi lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari temannya yang belum selesai tugasnya.
2.   Memupuk rasa sosial karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang belum selesai tugas belajarnya.
3.   Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar atau diperpustakaan dan sumber-sumber lain yang relevan dengan pelajaran yang sedang diikuti
4.   Memupuk rasa tanggung tanggungjawab peserta didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan informasiyang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber-sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.
Namun jika masalah yang terjadi akibat factor organismik siswa yang bersangkutan, atau bisa disebut kasus individu seperti sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi dan belum menguasai pengetahuan dasar, maka untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana yang lebih mudah diatasi dan mana yang lebih sulit. Jika factor yang berpengaruh adalah factor hereditas/gen maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil.Yang diperlukan untuk siswa semacam ini adalah penyaluran/penjurusan kepada program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya.
Jika kelemahan itu bersumber dari aspek organismic lain seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkunagn, maka penyembuhan dapat secara metodologi dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relative lama. Metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi juga dapat membantu kesulitan belajar siswa, Untuk praktek mata pelajaran produktif sebaiknya dipantau oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan agar siswa benar-benar mengikuti praktek tersebut. Untuk solusi bagi yang mengalami kesulitan belajar karena tidak menyukai gurunya karena cara mengajar gurunya tidak begitu menyenangkan maka guru yang bersangkutan harus mampu merubah cara mengajarnya untuk meningkatkan kompetensi siswa yang diajar olehnya.



BAB II
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.   Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis, konsep diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara pemecahannya.
2.   Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
3.    Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar dapat dilakukan dengan langkah-langkah operasional yaitu dengan metode criterion referenced, maksudnya tes yang mengasumsikan bahwa instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan dengan metode norm-references, maksudnya nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi individu masing-masing siswa.
4.   Prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar dapat dilakukan dengan teknik General Diagnosis, Analistic Diagnosis, Psychological Diagnosis. Kemudian untuk prosedurnya dapat dilaksanakan dengan berbagai langkah yaitu mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar, melokasikan letak kesulitan belajar, menentukan factor penyebab kesulitan belajar, menetapkan kemungkinan cara mengatasinya dan melakukan tindak lanjut untuk masalah tersebut.
5.   Untuk pemberian rekomendasi pemecahan masalah dapat dilakukan dengan pengajuan perbaikan satu kali atau dua kali dalam seminggu untuk materi pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa, yaitu berupa : (1) mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau dikuasai oleh siswa (2) memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan.Kemudian dapat juga dengan guru memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau biasa disebut Pengajaran remidial , Sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar biasa dikenal denagn pengayaan atau enrichement. Namun jika masalah yang terjadi akibat factor organismic siswa yang bersangkutan atau bisa disebut kasus individu seperti sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi dan belum menguasai pengetahuan dasar, maka untuk mengatasi kasus ini sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana yang lebih mudah diatasi dan mana yang lebih sulit.Jika factor yang berpengaruh adalah factor hereditas/gen maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil.Yang diperlukan untuk siswa semacam ini adalah penyaluran/penjurusan kepada program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya. Aspek organismic lain seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkungan, maka penyembuhan secara metodologi dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama.



DAFTAR PUSTAKA

Deslav, Vauziz. 2013. Tugas Kuliah Laporan Diagnosis
       http://fauzizdeslav.blogspot.com/2013/12/tugas-kuliah-laporan-diagnosis.
       html.  Diakses 6 Maret 2015 (17.00)
Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY
         Press
Sidiq, Nurfajar. 2010. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar.
http://nurfajarsidiq.wordpress.com/tag/pengertian-diagnosis-kesulitan-belajar.html. Diakses 5 Maret 2015 (15.00)