BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar
sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan
sifat kesulitan belajar. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab
atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat
membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Guru harus mampu mengenali
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus bersikap terbuka dan
mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Karena
kesulitan belajar dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Diagnosis?
2.
Apa Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar?
3.
Bagaimana Mengidentifikasi Kasus Kesulitan
Belajar?
4.
Bagaimana Prosedur dan Teknis Diagnosis
Kesulitan Belajar?
5.
Bagaimana Pembuatan Rekomendasi Pemecahan
Kasus?
C. Tujuan Penulisaan
1.
Menjelaskan Pengertian Diagnosis
2.
Menjelaskan Pengertian Diagnosis Kesuulitan
Belajar
3.
Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar
4.
Menjelaskan Prosedur dan Teknik Diagnosis
Kesulitan Belajar
5.
Menjelaskan Pembuatan Rekomendasi Pemecahan
Kasus
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis
dibidang medis, menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat
diartikan sebagai berikut :
1)
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau
penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang
seksama menegenai gejala-gejalanya
2)
Studi yang seksama terhadap fakta tentang
suatu hal untuk menemukan karakteristikatau kesalahan-kesalahandan sebagainya
yang esensial
3)
Keputusan yang dicapai setelah dilakukan
studi secara seksama atau gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Melihat dari ketiga definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa konsep diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi,
tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara
pemecahannya.
2.
Pengertian
Diagnosisi Kesulitan Belajar
Menurut Sunarta (1985:7) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yang dialami siswa
dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan
perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang
diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk.
(1994:4-5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidakdisadari oleh yang bersangkutan,
mungkin bersifat psikologi, sosiologis ataupun fisiologis dalam proses
belajarnya.
Dari penjelasan diatas, dapat penulis
simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana terdapat suatu
jarak antara prestasi akadeik yang diharapkan dengan yang diperoleh yang
ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik bersifat psikologis, sosiologis,
maupun fisiologis dalam proses belajar.
Kemudian dari pengertian mengenai
diagnosis dan kesulitan belajar diatas, dapat penulis buat kesimpulan bahwa
“Diagnosis Kesulitan Belajar” merupakan suatu prosedur dalam memecahkan
kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta
latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta memprediksi
kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Mengidentifikasi
Kasus Kesulitan Belajar
Langkah-langkah operasional dalam diagnosis kesulitan
belajar :
1.
Dengan metode criterion referenced, maksudnya tes yang mengasumsikan bahwa
instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.
Menetapkan angka nilai kualitatig minimal
yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0
b.
Membandingkan prestasi dari setiap siswa
dengan angka nilai batas lulus tersebut, secara teoritis, mereka yang angka
nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang
mengalami kesulitan belajar
c.
Menghimpun siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala-gejala terparah
(yang nilainnya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
d.
Membuat rangking/tingkatan guna mempermudah
dalam pemberian prioritas pelayanan psikologis
2. Dengan
metode norm-references, maksudnya
nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi
individu masing-masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.
Mencari dan menghitung niali rata-rata kelas
atau kelompok
b.
Menandai siswa-siswa yang nilainnya dibawah
rata-rata
c.
Jika mau diadakan prioritas layanan
bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metode pertama
Prosedur
dan Teknis Diagnosis Kesulitan Belajar
Menurut Burton (1952:640-652) penggolongan
tahapan-tahapan diagnosis tidak didasarkan pada usaha penanganan, tetapi
didasarkan pada teknik dan instrumen (sarana) yang digunakan dalam
pelaksanaannya, seperti dibawah ini :
1. General Diagnosis
Pada
tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi
dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk menemukan
siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2. Analistic Diagnosis
Pada
tahap ini yang lazim digunakan ialah tes diagnostic. Sasarannya, untuk
mengetahui dimana kelemahan tersebut. Tes yang biasa dilakukan ada dua:
1)
Tes Hasil Belajar
Tes
yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah
disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam
bentuk evaluasi yang lain.
2)
Tes psikologis
Teknik
pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang
belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat,
kepribadian, sikap, dan sebagainya.
3. Psychological Diagnosis
Pada
tahap ini teknik pendekatan dan instrumen (sarana) yang digunakan antara lain:
a.
Observasi
Observasi
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b.
Analisis Proses dan Respon
Dalam
hal ini bisa dilakukan dengan pemberian angket atau kuisener yaitu alat
pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh orang yang diselediki atau disebut responden.
c.
Wawancara
Wawancara
atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan dengan
jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
d.
Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan
fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi dan
perkembangan fisik, misalnya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah
yang kurang menarik, Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah
penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan
dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.
e.
Studi kasus
Studi
kasus disini berguna untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial seseorang
dilingkungan. Hubungan sosial seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari
berbagai segi. Bimo Walgito (1980:72) mengemukakan sebagai berikut:
1.
Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya
anak atau orang itu bergaul
2.
Intensitas bergaul, yaitu segi mendalam
tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
3.
Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya
teman bergaul, dapat digunakan sebagai kriteria pula untuk melihat baik
buruknya dalam hubungan sosialnya.
Guru dalam proses pembelajaran
menghadapi peserta didik yang beranekaragam karakteristknya. Perbedaan peserta
didik berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap,
kemampuan, minat, bakat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lain.
Perbedaan ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap
peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang
dicapainya. Langkah-langkah atau prosedur melaksanakan diagnosis kesulitan
belajar yaitu:
1)
Mengidentifikasi peserta didik yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Dengan
cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non psikologis. Kasus
kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a.
Analisis perilaku peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui
1)
Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2)
Kehadiran dan ketekunan dalam proses
pembelajaran
3)
Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4)
Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b.
Analisis prestasi belajar dapat dilakukan
dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta menafsirkannya.
Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik harus menggunakan norma yaitu
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
2)
Melokasikan letak kesulitan belajar
Dapat
dilakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa
kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagaiman kesulitan belajar itu
dirasakan oleh peserta didik. Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik
mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor
prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dan masing-masing
bidang studi.
Sedangkan
untuk mengetahui aspek atau bagaimana kesulitan belajar itu dirasakna oleh
peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
3)
Menentukan factor penyebab kesulitan belajar
Dapat
dilakukan dengan cara meneliti factor-faktor yang ada pada diri peserta didik
(internal) dan factor-faktor yang berada diluar peserta didik (eksternal) yang
memnghambat proses belajar atau pembelajaran.
4)
Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya
Langkah
ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang
diperlukan peserta didik. Seperti memberi konseling kepada siswa yang
bersangkutan tentang hal-hal yang menghambat kemajuan belajarnya, melakukan
bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh sikap sosialnya yang
kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan dan lain-lain.
5)
Tindak lanjut
Ini
merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.
Memberikan pertolongan kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya
b.
Melibatkan berbagai pihak yang dipandang
dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik
c.
Mengikuti perkembangan peserta didik dan
mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik
untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
d.
Melakukan referral yaitu mengirimkan peserta
didik kepada ahli yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami
peserta didik.
Pembuatan
Rekomendasi Pemecahan Masalah
Setelah diidentifikasi factor penyebab
letak kesulitan belajar siswa, maka dapat ditentukan rekomendasi pemecahan
masalah yang akan diberikan kepada siswa, yaitu dengan melakukan pengajuran
perbaikan satu kali atau dua kali dalam seminggu untuk materi pelajaran yang
dianggap sulit bagi siswa yaitu berupa :
1.
Mengajarkan kembali materi yang belum
dimengerti atau dikuasai oleh siswa
2.
Memberikan latihan kepada siswa mengenai
materi yang telah diajarkan
Selanjutnya
memberikan informasi kepada:
1)
Siswa : tentang bagaimana cara belajar yang
baik, tentang bagaimana pentingnya mengulang pelajaran dirumah, bagaimana
pentingnya membaca buku karena semua jawaban atas tugas dan PR yang diberikan
oleh guru ada didalam buku, tentang pentingnya keseriusan belajar didalam
kelas, serta yang paling penting adalah rajin beribadah kepada Allah SWT,
karena kunci keberhasilan itu adalah berusaha, berdoa, dan tawakal. Selain itu
seorang guru harus memberikan motivasi /penguatan kepada siswa tentang
kemampuan yang dimilikinya sudah bagus, hanya saja perlu latihan dan belajar
dengan teratur, sehingga anak menjadi bersemangat dalam belajar.
2)
Orang Tua : Menginformasikan mengenai
pentingnya meningkatkan perhatian terhadap belajar anak dan memberikan
informasi bahwa orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan anak dalam
belajar, karena pendidikan yang pertama dan yang paling utama bagi anak adalh
lingkungan keluarga. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orang tua
mengenai cara menyikapi anak dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang
dialami oleh siswa
3) Guru
: Memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tidak mampu menyerap bahan
pembelajaran dengan baik, tidak dapat konsenterasi dalam belajar, tidak mampu
mengerjakan tes dan sebaginnya. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran remedial. Sedangkan layanan
bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar
lebih dikenal dengan pengayaan atau
enrichement. Disini akan kami jelaskan mengenai Pengajaran Remidial dalam
Pembelajaran dan program pengayaan dalam pembelajaran
1.
Pengajaran Remidial dalam Pembelajaran
Remidial
merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) atau korektif
(perbaikan). Menurut Warkitri dkk (1990)
pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena :
a.
Tidak semua peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai kemampuannya
b.
Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat
tercapai perubahanan tingkah laku siswa secara buat sebagai hasil belajar.
c.
Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut
diperlukan suatu teknik bimbingan belajar
Salah satu teknik bimbingan belajar adalah
pengajaran remedial. Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus
mampu mencipkatakn situasi yang memungkinkan peserta didik lebih mampu
mengembangkan diri. Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu
siswamencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan oleh kurikulum.
2.
Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Program
pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi peserta
didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah
peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugasbelajarnya.
Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya ini disebut Program
Pengayaan. Tujuan program pengayaan dalam proses pembelajaran yaitu:
1.
Peserta didik menjadi lebih menguasai bahan
pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi
mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu
mengajari temannya yang belum selesai tugasnya.
2.
Memupuk rasa sosial karena peserta didik ini
diminta membantu temannya yang belum selesai tugas belajarnya.
3.
Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan
dengan mata pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar atau
diperpustakaan dan sumber-sumber lain yang relevan dengan pelajaran yang sedang
diikuti
4.
Memupuk rasa tanggung tanggungjawab peserta
didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan informasiyang diperoleh melalui
membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber-sumber informasi
lainnya kepada teman-temannya.
Namun jika masalah yang terjadi akibat
factor organismik siswa yang bersangkutan, atau bisa disebut kasus individu
seperti sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih
sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi dan belum menguasai
pengetahuan dasar, maka untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus
kita bedakan dahulu, mana yang lebih mudah diatasi dan mana yang lebih sulit.
Jika factor yang berpengaruh adalah factor hereditas/gen maka usaha penyembuhan
secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil.Yang
diperlukan untuk siswa semacam ini adalah penyaluran/penjurusan kepada program
pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya.
Jika kelemahan itu bersumber dari aspek
organismic lain seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkunagn, maka
penyembuhan dapat secara metodologi dapat diterapkan meskipun hasilnya baru
dapat dilihat dalam waktu yang relative lama. Metode pembelajaran yang tepat
sesuai dengan situasi dan kondisi juga dapat membantu kesulitan belajar siswa,
Untuk praktek mata pelajaran produktif sebaiknya dipantau oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan agar siswa benar-benar mengikuti praktek tersebut.
Untuk solusi bagi yang mengalami kesulitan belajar karena tidak menyukai
gurunya karena cara mengajar gurunya tidak begitu menyenangkan maka guru yang
bersangkutan harus mampu merubah cara mengajarnya untuk meningkatkan kompetensi
siswa yang diajar olehnya.
BAB
II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang
medis, konsep diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi, tetapi juga
memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara
pemecahannya.
2.
Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu
prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta
memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
3.
Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan langkah-langkah operasional yaitu dengan metode criterion referenced, maksudnya tes yang
mengasumsikan bahwa instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan dengan metode norm-references, maksudnya nilai prestasi rata-rata dijadikan
ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi individu masing-masing siswa.
4. Prosedur
dan teknik diagnosis kesulitan belajar dapat dilakukan dengan teknik General Diagnosis, Analistic Diagnosis,
Psychological Diagnosis. Kemudian untuk prosedurnya dapat dilaksanakan
dengan berbagai langkah yaitu mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar, melokasikan letak kesulitan belajar, menentukan
factor penyebab kesulitan belajar, menetapkan kemungkinan cara mengatasinya dan
melakukan tindak lanjut untuk masalah tersebut.
5.
Untuk pemberian rekomendasi pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan pengajuan perbaikan satu kali atau dua kali dalam
seminggu untuk materi pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa, yaitu berupa :
(1) mengajarkan kembali materi yang belum dimengerti atau dikuasai oleh siswa
(2) memberikan latihan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan.Kemudian
dapat juga dengan guru memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar atau biasa disebut Pengajaran
remidial , Sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang
tidak mengalami kesulitan belajar biasa dikenal denagn pengayaan atau enrichement. Namun jika masalah yang terjadi akibat
factor organismic siswa yang bersangkutan atau bisa disebut kasus individu
seperti sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih
sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi dan belum menguasai
pengetahuan dasar, maka untuk mengatasi kasus ini sebelumnya harus kita bedakan
dahulu, mana yang lebih mudah diatasi dan mana yang lebih sulit.Jika factor
yang berpengaruh adalah factor hereditas/gen maka usaha penyembuhan secara
metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil.Yang diperlukan
untuk siswa semacam ini adalah penyaluran/penjurusan kepada program pendidikan
tertentu yang sesuai dengan kemampuannya. Aspek organismic lain seperti
kebiasaan belajar, minat dan lingkungan, maka penyembuhan secara metodologi
dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relatif
lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Deslav, Vauziz. 2013.
Tugas Kuliah Laporan Diagnosis
http://fauzizdeslav.blogspot.com/2013/12/tugas-kuliah-laporan-diagnosis.
html. Diakses 6 Maret 2015 (17.00)
Sugihartono,dkk.
(2007). Psikologi Pedidikan.
Yogyakarta: UNY
Press
Sidiq,
Nurfajar. 2010. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar.
http://nurfajarsidiq.wordpress.com/tag/pengertian-diagnosis-kesulitan-belajar.html.
Diakses 5 Maret 2015 (15.00)